Kamis, 19 Februari 2009

b

Semangat Hidup Obat Termanjur
Jurnal Bogor, 13 January 2009 oleh nasiafRubrik: Kesehatan
Semangat dalam menjalani kehidupan hingga kini masih menjadi obat termanjur dalam menghadapi permasalahan kesehatan. Pasalnya, sebagian kalangan meyakini semangat tersebut akan mempercepat proses pengobatan secara psikis.
Bogor - Bagi Siti Fatimah Yunus, SH, semangat tersebut membuatnya tetap tampil tegar dan percaya diri menjalani aktivitas sehari-hari. Padahal, perempuan kelahiran Jawa Timur, 28 September 1940 itu memiliki stoma dibagian perut sebelah kanan.
Stoma adalah lubang pada bagian tertentu yang dibuat dengan tindakan operasi. Fatimah, sapaan akrab Siti Fatimah Yunus, SH, menjalani operasi tersebut akibat kantung kemihnya tidak berfungsi dengan baik. “Kantung kemih saya tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena terkena efek samping pada saat penyinaran untuk mematikan sel kanker leher rahim. Penyinaran itu saya lakukan sebanyak 50 kali pada 1997,” ujar Fatimah kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Aktivis perempuan yang satu ini memang memiliki semangat yang luar biasa. Di saat para ostomate, sebutan bagi pemilik stoma, menyembunyikan riwayat kesehatannya, tapi Fatimah tampil percaya diri dan apa adanya di muka publik.
“Saya melihat ini bukan musibah, melainkan anugerah. Sebab, saya bisa terselamatkan dari kanker leher rahim yang sempat mengancam nyawa. Saya menilai stoma bukan penyakit tabu, tetapi sebagai solusi dan simbol harapan bahwa hidup masih terus berlanjut. Saya yakin semua yang telah diberikan Allah SWT ada hikmahnya,” tuturnya kemudian tersenyum.
Sembari memainkan jemarinya, Fatimah mengisahkan perjalanan hidup bersama stoma yang dimilikinya. Sejauh ini, hidup Fatimah berjalan normal. Terlebih, keluarga juga turut mendukung segala aktivitasnya. “Saya ingin masyarakat melihat ostomate seperti layaknya orang normal. Karena tidak ada alasan untuk menjauhinya,” ujar Fatimah yang tengah mengenakan jilbab berwarna ungu itu.
Sebelum dioperasi stoma, Fatimah melakukan pemeriksaan pada kantung kemihnya dengan cara dicutter atau dikerok hingga empat kali. Pemeriksaan itu untuk memeriksa apakah kantung kemihnya masih bisa berfungsi normal atau tidak. Nyatanya, pada 5 Desember 2005, Fatimah harus melakukan ostomy dengan jenis operasi urostomy.
“Sejak saat itu saya harus selalu menggunakan suatu alat buatan melalui stoma untuk mengumpulkan hasil pembuangan tubuh. Saluran kemih saya telah kehilangan kemampuan untuk buang air kecil secara normal,” kata Fatimah.
Ternyata, dibalik optimismenya dalam menjalani kehidupan sebagai seorang ostomate, Fatimah sempat merasa syok. Namun, perasaan itu tak lama hinggap di diri perempuan berumur 69 tahun itu. Sebab, dahulunya Fatimah pernah menjadi seorang dosen, sehingga cara berpikirnya selalu positif.
“Selain itu, saya juga melakukan konsultasi kepada dokter, anak, supir yang telah lama bekerja dengan saya, dan anjeungan. Semua mendukung saya sepenuhnya, sehingga saya tak merasa sendiri,” jelas Fatimah.
Lebih lanjut Fatimah mengatakan, bagi para ostomate yang berada di wilayah Bogor, dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatannya dan cobalah bergabung bersama melalui klinik Wocare yang berlokasi di Jl. KH Soleh Iskandar atau Jl. Baru (grha Wocare, ruko Cipta Husada).
“Di klinik ini, kita semua dapat bertukar pikiran dan pendapat serta mampu menjalin silahturahmi sesama ostomate. Saya begitu senang memberikan semangat kepada para ostomate untuk terus menjalani hidup, sebab tak ada gunanya juga meratapi nasib. Karena setiap permasalahan, pasti ada jalan keluarnya,” pungkasnya.
Nasia Freemeta I

Rabu, 18 Februari 2009

BERITA MEDIA MASSA

NEWS ALERT !!!

17-11-2008 08:03 WIB
Perjalanan Wocare Menjadi Satu-satunya Klinik Perawatan Luka di Indonesia (3-Habis)

Intensifkan Edukasi pada Pasien Stoma, Gratis Kantong Stoma Khusus

Setelah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk mendirikan Balai Asuhan Keperawatan atau Klinik Perawatan Luka setahun lalu, Wocare terus melakukan pembenahan dan peningkatan pelayanan, mulai dari membuka blogspot untuk berbagi informasi, melakukan training ke berbagai daerah, hingga melakukan kunjungan ke rumah pasien. Bagaimana cara untuk mendapatkan pelayanan prima dari Wocare?

Bertempat di pusat Kota Bogor tepatnya di Jalan Sholeh Iskandar, membuat klinik perawatan luka Wocare mudah dicari. Apalagi lokasinya berdekatan dengan klinik bersalin. Menurut Irma P Arisanty, salah satu perawat spesialis di klinik tersebut, Kota Bogor dipilih karena dinilai masih memiliki udara yang belum begitu tercemar seperti Jakarta. Selain itu, juga banyak akses yang bisa dilalui untuk mempermudah mencapai lokasi Wocare.

Penanggung Jawab Klinik Widasari Sri Gitarja yang merupakan perawat ETN pertama di Indonesia yang bekerja di rumah sakit besar di Jakarta, kini memutuskan untuk tinggal di Bogor untuk lebih fokus mengelola Wocare, meski tetap aktif menjadi perawat di rumah sakit di Bogor.

Klinik yang buka setiap Senin hingga Jumat tersebut terlihat sangat eksklusif dari luar. Namun begitu memasuki ruangan, sapaan ramah penerima tamunya langsung memudarkan kekhawatiran kesan kaku yang biasanya keluar dari sebuah klinik mahal yang tidak berpihak pada warga miskin.

Menurut salah seorang pasien Safrudin dari Sukabumi yang menderita luka akibat diabetes melitus, keberadaan Wocare sangat membantunya dalam penyembuhannya. “Awalnya hanya bisul kecil dan terus memesar hingga mata bisulnya ada enam. Lukanya ikut membesar berukuran panjang 15 sentimeter lebar 11 sentimeter. Setelah dua bulan diobati secara rutin seminggu dua kali di sini (Wocare, red), sekarang lukanya tinggal 7 cm x 1,5 cm.” ungkapnya yang mengaku kadar gulanya mencapai 400 ml.

Kendala utama berkembangnya klinik tersebut justru datang dari masyarakat yang merasa malu dan takut untuk berbagi masalah atas luka yang dideritanya. “Masyarakat Indonesia yang menyandang stoma sangat kecil kemungkinan hidupnya karena kurangnya edukasi. Rata-rata mereka malu bila orang lain mengetahui kondisinya. Hal ini justru akan memperburuk keadaan, karena informasi untuk perawatan dan penanganan masalah stoma yang diperolehnya sangat terbatas,” ungkapnya. Hal itu pula yang menyebabkan buruknya data surveylance yang dimiliki Dinas Kesehatan karena masyarakat menolak untuk didata.

Oleh karenanya, Wocare mengaku selalu melakukan pendekatan dengan cara edukasi, baik berupa training maupun membuka konsultasi gratis kepada calon pasien maupun yang sudah menjadi pasien dan menemukan masalah dalam penanganan lukanya.

“Kita juga memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai kantong stoma gratis yang kita bagikan, karena selama ini yang digunakan pasien adalah kantong plastik gula biasa yang diberi perekat double tip, di mana sakit dalam penggunaan dan higienitasnya tidak terjamin.” ungkapnya. Sedang kantong yang dimiliki Wocare adalah kantong stoma khusus yang dikirim dari Australia dengan harga sekitar Rp50 ribu sampai Rp60 ribu dan berbahan hidrocoloid. (*)

(Rita Ariyanti) (berita 1, 2, Radar Bogor klik disini)

BERITA MEDIA MASSA

Wocare Clinic Berikan Perawatan Stoma

Bogor - Mungkin tak semua orang pernah mendengar istilah ostomy. Ostomy adalah suatu jenis tindakan operasi yang diperlukan dengan membuat lubang (stoma) pada bagian tubuh tertentu. Operasi ostomy ini dapat bersifat sementara atau menetap. Demikian diungkapkan Direktur Marketing Wocare Clinic, Mahawan Sigit kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Menurut Sigit, sapaan akrab Mahawan Sigit, operasi tersebut perlu dilakukan bila seseorang menderita keganasan pada laring, sehingga laring harus diangkat, yang berarti juga pengangkatan pita suara. Untuk itu, perlu dibuat stoma untuk membantu pernapasan dan kemampuan bicara. “Pada penderita ini harus dilakukan tindakan rehabilitasi berupa pelatihan bicara dengan menggunakan saluran pencernaan, yang disebut sebagai bicara esofagus,” kata Sigit.

Tak hanya itu, pada penderita yang menderita keganasan pada saluran cerna (usus besar) atau saluran kemih juga bisa melakukan ostomy. Bagi penderita ini, biasanya menjalani operasi jenis colostomy. Nantinya, colostomy akan menghubungkan bagian kolon (usus) ke dinding perut bagian depan, dan membiarkan pasien dengan pembukaan di bagian perut yang dinamakan stoma.
”Dalam colostomy, stoma dibentuk dari ujung usus besar yang diambil melalui irisan, dan dijahit pada kulit. Setelah colostomy, kotoran dibuang dari tubuh manusia melalui stoma. Penyebab lainnya, bisa dikarenakan kanker, radiasi, maupun kecelakaan. Bahkan salah satu pegawai Wocare juga seorang ostomate,” ujar Sigit.

Wocare Clinic, kata Sigit, memberikan perawatan untuk ostomate, yakni orang yang pernah mengalami tindakan pembedahan untuk membuat stoma di tubuhannya. “Selain itu, kami juga berusaha memberikan pelayanan kesehatan untuk penderita luka bakar, luka kanker, luka setelah operasi yang tak kunjung sembuh, luka pada penderita HIV/AIDS, dan luka tekan atau baring pada penderita kelumpuhan. Kami juga memberikan pelayanan rawat rumah,” papar Sigit.

Klinik yang berlokasi di Jl. Baru atau KH. Sholeh Iskandar Ruko Klinik Cipta Husada, Kecamatan Tanah Sareal, Kelurahan Kedung Jaya Bogor itu memang dibuka khusus sebagai klinik perawatan. Bahkan kedepannya, Wocare juga akan membuat Ostomate Gathering guna mendapatkan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan antar sesama ostomate.

Sementara itu, salah satu Ostomate yang juga pegawai Wocare Clinic, Sri Supartiningsih mengatakan, dirinya di ostomy karena pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan tulang pinggul depan hingga belakang mengalami patah tulang yang parah. Akibatnya, terjadi robekan bibir vagina sebelah kanan hingga anus.

“Karena kecelakaan itu, saya sempat mengalami koma hingga seminggu lamanya. Ketika sadar, saya baru mengetahui bahwa sudah ada lubang pembuangan feses yang ada di bagian perut. Pada saat itu, saya tidak merasa syok atau panik. Benar-benar biasa saja,” ujar Sri Supartiningsih.

Nasia Freemeta I (Jurnal Bogor, klik disini)